Cinta Bukan Pujangga

Tiba-tiba aku merindukannya…
Seorang pria bertubuh besar yang tak pandai berkata cinta. Pria yang sudah lama ku kenal namun tak sekalipun pernah ku dengar kata cinta darinya. Tak pernah pula dia mengatakan rindu padaku bila sudah lama kami tak berjumpa.

Dia senang sekali duduk di teras ditemani kopi hitam dan sebungkus rokok. Terkadang bersama teman. Namun lebih sering kulihat dia duduk di sana sendirian. Sambil menyeruput kopi atau menghisap rokoknya, dia pandangi langit malam yang jarang dihiasi bintang. Tak peduli banyak nyamuk yang mencium kulitnya, dia tetap duduk di sana. Hingga malam semakin larut dan matanya pun mulai terkantuk. Tapi seolah begitu menikmati suasana di sana, dia pun tetap tak beranjak. Tak beranjak hingga akhirnya aku tiba di hadapannya.

“Assalamu’alaikum”, sapaku dari jauh yang disambut senyum lebar di wajahnya.

Aku menghampirinya dan kuraih tangan kanannya untuk kucium. Setelah itu, dia mengusap lembut kepalaku. Matanya tak pernah lepas memandangku. Meninggalkan langit malam yang sebelumnya begitu setia dia pandangi.

Aku tak bermaksud mengganggu waktunya menikmati malam hingga ku tinggalkan dia sendiri di teras. Namun tak lama, dia pun mengikutiku masuk dan mengunci pintu. Saat itu aku tersadar, bukan langit malam yang membuatnya duduk di sana. Bukan pula karena kopi hitam dan rokok yang membuatnya tak beranjak. Akulah yang menjadi alasannya. Dia sedang menungguku pulang.

Aaah... Sungguh hatiku terenyuh. Inilah hal paling romantis yang dia lakukan untukku. Lebih romantis dari sekedar kata-kata cinta yang biasa diumbar seorang pujangga. Dia punya cara sendiri untuk membahasakan cintanya. 
Di setiap detik dia menungguku adalah bahasa cemasnya kepadaku. Ukiran senyum di wajahnya adalah bahasa kebahagiaannya bertemu denganku. Dan usapan lembutnya di kepalaku adalah ungkapan kerinduannya padaku.Cukuplah semua itu menunjukkan betapa sayangnya dia padaku.

Dear Papa, kau memang bukan pujangga. Namun kau tak kalah romantis dari pujangga paling hebat sedunia. 
 I love you, Pap. More and more… :)

2 comments:

Unknown said...

Super kerON....jadi ingat mendiang almarhum Bapak. Sosok paling setia yg dahulu sering membukakan pintu rumah, saat diri ini kembali di saat hari hampir berganti waktu.

Nice post mba Yeyen

Yeyen Sundari said...

Thanks for reading, Mas. Tersanjung dh dpt pujian dr Mas Andy :D.

Yup. Papa, ayah, bapak, abi... mereka itu sll jd sosok yg luar biasa utk anak2nya. InsyaAllah Mas Andy jg demikian :).