Can't Read Ur mind

"Kuliah dimana?"
"di psiko"
"wah, bisa baca orang dong? Gue orangnya kayak gimana?"


Huh???


Kayaknya hampir semua orang yang kuliah jurusan Psikologi pernah mengalami hal itu. Kebanyakan orang nganggap kalau psikologi= ilmu baca orang. Memang, di psiko kita diajarin ttg manusia, tapi bukan berarti pas sekali liat orang, langsung bisa tahu kepribadian orang itu kayak gimana. Psychology is science not magic.


Selama gue belajar di Psikologi, gue memang banyak belajar tentang kepribadian. Dari yang masih normal sampai yang lewat batas normal (alias abnormal). Gue juga belajar ciri-ciri dari tiap kepribadian itu seperti apa. Tapi yang namanya kepribadian orang itu bukan cuma ditentukan sama tingkah laku or ekspresi yang ditampilin seseorang dalam satu waktu aja. Terlalu terburu-buru kalo nyimpulin kepribadian cuma dari pandangan pertama.

Kalo mau diumpamakan, manusia itu seperti puzzle. Kalo mau tau gambaran utuh tentang seseorang, kita harus kumpulin tiap kepingan puzzle menjadi gambar yang utuh dan berhubungan. Pas pertama kali liat seseorang, mungkin kita bisa mendapatkan satu atau beberapa kepingan puzzle. Tapi masih ada kemungkinan kepingan puzzle itu salah.

Misalnya aja suatu hari ada wanita yang memaki bapak-bapak di depan umum hanya karena kesenggol (nggak sengaja). Dari situ, nggak bisa langsung disimpulin kalo wanita itu pemarah. Harus dilihat dari berbagai sisi. Tingkah laku manusia itu kan situasional, sedangkan kepribadian menetap. Kalau wanita itu marah, bisa jadi ada beberapa penyebab. Misalnya dia lagi punya masalah sehingga melampiaskan kekesalan pada orang lain (kalo lagi nggak punya masalah, nggak akan kayak gitu). Or mungkin lagi PMS jadi lebih sensitif (kalo nggak PMS, nggak cepet marah). Kemungkinan lain, mungkin pas kesenggol, wanita itu mengira bapak-bapak yang nyenggol mau nyopet (ini namanya curigaan or paranoid).

Dalam konseling psikologi pun, psikolog nggak langsung menyimpulkan masalah apa yang dihadapi kliennya or bagaimana sebenarnya pribadi si klien. Pasti ada yang namanya wawancara. Bahkan kalau dengan wawancara masih belum terlihat jelas, dipakai alat tes. Dari proses-proses itu, baru bisa disimpulkan gimana kepribadian seseorang. Asumsi-asumsi itu pasti ada. Misalnya contoh kejadian si wanita itu. Kalau gue liat kejadian itu, pasti dipikiran gue langsung muncul beberapa asumsi mengenai penyebab wanita itu memaki. Tapi tetep aja itu jadinya cuma asumsi karena gue nggak berani ambil kesimpulan cuma dari satu kejadian.

Kadang kalau lagi ngobrol sama temen-temen, cuma diliatin aja mereka langsung bilang : "wah, pasti lagi baca pikiran gue, ya?" GUBRAK!!! How can? Gue nggak punya sixth sense, kok. I know, beberapa ada yang cuma bercanda aja. Tapi kadang juga ada yang serius mengira psikolog tuh punya something yang berhubungan dengan metafisik. Gue juga pernah disarankan oleh seseorang untuk belajar kebatinan biar bisa memahami orang. Aih...

So, gue mau bilang sekali lagi that Psychology is science, not magic. Kalaupun ada seorang psikolog yang bisa tau kepribadian seseorang dari gambar yang dibuat orang tersebut, itu karena ada ilmunya (tapi bukan ilmu metafisik). Kalau dari ngobrol-ngobrol, psikolog bisa tau masalah seseorang, itu juga dipelajari (dan faktor jam terbang, tentu saja). Jadi bukan karena adanya kemampuan lain di luar ilmu pengetahuan apalagi yang berbau spiritual.

Begitchu...

0 comments: