Bahagia: Dua Saja Cukup!


Bahagia itu...
Seperti gula yang dicari-cari semut,
Seperti target yang diburu rudal,
Seperti sale item yang diincar cewek-cewek :p.

B+A+H+A+G+I+A = Bahagia

Rangkaian 7 huruf  tersebut aku yakin menjadi tujuan hidup dari setiap orang. Adakah yang tidak ingin bahagia?

Anggaplah (dan aku yakin) semua orang di dunia ini ingin hidup bahagia, dalam bentuk yang berbeda-beda. Bahagia dengan membanggakan orangtua, bahagia dengan mendapat harta yang melimpah, bahagia dengan mengabdi pada masyarakat, dan bentuk-bentuk lainnya. Intinya bahagia.


Bila bikin KTP ada syaratnya, maka bahagia pun ada syaratnya. Menurut Seligman, seorang tokoh psikologi positif, bahagia harus memenuhi 3 hal.


1. Menerima apa yang terjadi di masa lalu.
Adakah kejadian di masa lalu yang sampai saat ini masih belum bisa diterima? Apakah ada hutang maaf yang masih ditahan?

Kita tidak bisa sepenuhnya bahagia bila masih menyesali, dendam, atau tidak bisa memaafkan kejadian atau orang di masa lalu. 

2. Menikmati apa yang sedang dilakukan saat ini.
Apa jurusan kuliahmu? Apa pekerjaanmu? Enjoy-kah kamu dengan rutinitasmu?

Bahagia juga mengenai apa yang sedang dijalani saat ini. Do what you love and/or love what you do. 

3.  Yakin dengan apa yang akan terjadi di masa depan
Selain masa lalu dan masa kini, ada masa depan yang merupakan bagian dari kebahagiaan. Bila kita punya keyakinan akan keberhasilan atau hidup yang cerah di masa depan, InsyaAllah tidak ada beban yang mengurangi kebahagiaan.

Sederhananya, poin 1 dan 2 bisa dipenuhi bila kita memiliki satu sikap yaitu BERSYUKUR.

"Yah, sudah jalannya begini"
 "Ya udahlah, terima nasib aja"

Nah..nah.. Bersyukur yang aku maksud bukan seperti yang di atas, ya. Kalau itu namanya pasrah. Bersyukur menurut versiku adalah menerima apa yang terjadi dalam hidup dan meyakininya sebagai hal yang terbaik dan mengandung hikmah.

Jujur, bagiku sendiri ini tidak selalu mudah. Apalagi jika kejadian tersebut di luar rencana bahkan mungkin menjadi satu dari sedikit orang yang mengalami hal tersebut. 

"Mengapa harus aku?", 
"Mengapa jadinya begini?"

Pertanyaan-pertanyaan itu seperti hantu yang membuat pikiran jadi kesurupan. Maka segeralah ber-istighfar. Astaghfirullah....

Ibarat cerita dalam sebuah novel, tidak semua bagian mengisahkan cerita yang indah. Ada kalanya cerita memasuki episode sedih, duka, kecewa. Begitu juga dengan kisah hidup kita di dunia: tak selalu indah. Bedanya, dalam novel cerita tidak selalu happy ending. Tapi kisah hidup kita ditulis oleh the greatest script writer in universe, Allah SWT. Jadi yakinlah akhirnya pasti bahagia.

Daripada menghabiskan waktu berkeluh kesah, lebih baik membangun benteng dan senjata untuk menghadapi atau menerima kejadian yang tak mengenakan. Life goes on. Dilarang terpuruk karena satu kejadian buruk. Jika satu kolam kebahagiaan tertutup, maka carilah kolam lain. Karena bahagia itu banyak sumbernya.


Kembali ke poinnya Seligman, untuk poin ke-3, bila diterjemahkan artinya adalah OPTIMIS.

Menurutku, optimis adalah tentang kepercayaan. Percaya pada Allah dan percaya pada diri sendiri.

Nah, ini tergantung pada keimanan masing-masing. Bila mengaku percaya pada Allah, maka harus juga mempercayai segala sifat baik Allah.

Allah tak mungkin melahirkan manusia tanpa kelebihan karena Dia pencipta yang sempurna. Allah tak mungkin menutup mata dari usaha maksimal yang manusia lakukan, karena Dia maha melihat. Dan percayalah usaha maksimal akan dibalas dengan hasil yang maksimal karena Dia maha adil. Sekalipun hasilnya di luar harapan, percayalah itu yang terbaik. Karena Dia maha tahu apa yang kita butuhkan, meski tak sesuai dengan yang kita inginkan.

Bila sudah percaya pada Allah, otomatis seharusnya kita bisa percaya pada diri sendiri karena kita mahluk ciptaan Sang Maha Sempurna. Jadi, tak ada alasan untuk meragukan masa depan. Bangunlah mimpi dan harapan, kokohkan dengan keyakinan, dan wujudkan dengan usaha maksimal.

InsyaAllah if we do our best, we'll get the best!



So, merangkum dari teorinya Seligman, bahagia versiku adalah perpaduan antara Bersyukur dan Optimis. Bila kedua sikap tersebut dimiliki, InsyaAllah rasa bahagia akan bersemi dalam jiwa kita.

Ini bahagiaku, apa bahagiamu? I will be glad to know that.

Just for sharing. Semoga bermanfaat ^^

2 comments:

Anonymous said...

Bahagia is just as simple as you are.

Bahagia kita yang menentukannya, lingkungan yang menjadi sentuhan spesial effectnya.

Kita bisa bahagia kapan aja, bisa hari ini, bisa minggu depan atau bisa setiap hari, kalau kita tulus, ikhlas dan selalu positif.

Yeyen Sundari said...

Yup, that's absolutely right ^^. Makasih udh mampir....