Ketoprak 'No Comment'


Pak, ketoprak satu, nggak pake bawang putih”, ujarku pada seorang pedagang ketoprak.



(Diam)

Bapak itu sama sekali tak merespon. Tidak ada anggukan, tidak juga menoleh. Ia tetap fokus mengulek bumbu ketoprak untuk pesanan pembeli-pembeli sebelum aku.

Krik.. krik…

Bapak ini dengar nggak, ya, pesananku?” gumamku di dalam hati.

Aku memilih untuk duduk saja di bangku panjang di balik gerobak sambil menunggu si Bapak mengerjakan pesanan pembeli yang datang duluan. Harap-harap cemas, aku memperhatikan pekerjaan si Bapak. Ingin mengulang lagi pesananku, tapi kok jadi serem lihat mukanya. Datar, lempeng, serius. Untunglah setelah pesanan sebelumnya selesai, dia membuatkan ketoprak pesananku.  Ternyata dia dengar  \(^.^)/

Pak, pedesnya sedang aja, ya”, ucapku lagi sambil menghampirinya.

Iya”, ujarnya datar tanpa melihat padaku.

Yes!!! Finally, setelah beberapa kali aku beli ketoprak di sini, ini pertama kalinya aku mendengar suara si Bapak penjual. Sengaja aku siapkan kata-kata untuk memancing responnya. Akhirnya dijawab meskipun tanpa tatapan mata.
Unik sekali karakter Bapak penjual ketoprak di dekat kosanku ini. Dia nyaris tak pernah merespon pembelinya seperti kebanyakan penjual. Jangankan seulas senyum menyambut kedatangan pembeli, atau ucapan terima kasih setelah melakukan transaksi pembayaran, menoleh saja tidak. Dia selalu anteng saja membuat ketoprak. Tak peduli pembelinya bicara apa. Ekspresinya tetap datar membisu.

Bahkan si Bapak ini juga tidak suka pekerjaannya diganggu. Saat dia sedang konsentrasi membuat pesananku, dia sama sekali tak menggubris pembeli yang ingin membayar dahulu pesanannya. Cuek Bebek. Bayangkan saja si pembeli dibiarkan mematung sambil memegang uang di tangannya. Ia tak menggubrisnya sampai selesai memberikan bungkusan ketoprak ke tanganku dan menerima pembayaranku.

Dari segi keramahan, aku kasih nilai merah untuknya. Sebagai pembeli aku merasa tidak puas dengan pelayanannya. Apalagi mengingat nasib si pembeli yang dibiarkan mematung. Sungguh tak ramah. Tapi tunggulah sampai lidah bersentuhan dengan rasa ketoprak buatannya.

Lezaaaat!!!

Ketoprak paling enak dari semua rasa ketoprak yang pernah aku coba :D. Rasa bumbunya pekat, tidak berbau gosong, lontongnya tidak adem, keasinan tahu pas, porsinya pun banyak. Rp. 8000,- saja. Dan inilah yang membuatku selalu saja mencarinya setiap kali ingin makan ketoprak.

Rasanya hal ini pula yang dirasakan oleh pembeli lainnya. Meskipun terbilang minus pelayanan, gerobak si Bapak tetap ramai pesanan. Tak usah berharap diberi senyuman atau basa-basi penjualan, cukup pesan lalu duduk manis menunggu pesanan selesai. Dan bersiaplah menikmati sensasi lezat di lidah yang menghapus kebetean selama transaksi jual-beli.  

Kalau ada yang tertarik mencobanya, silakan mencarinya di depan gang Mawar Jl. Pejuangan Kebon Jeruk. Biasanya Dia mangkal malam hari, sekitar jam 7-an. Kecuali malam Jum’at, si Bapak mangkal di pasar malam. Sekalian coba juga untuk mengajaknya bicara. Siapa tahu ada yang bisa membuatnya bercanda gurau :D.

Talk less, taste more

That’s his motto, I guess hehehe…  

1 comments:

Anonymous said...

Tetanggaku penjual nasi goreng dan kwetiau, aku merasa bisa related tulisan diatas dengan situasi yang kualami. Btw Ketoprak memang OK :D . PS