Glass no Kamen, Amazing Maya

Hmm...
Kemarin gue baru nonton dorama jepang yang judulnya glass no kamen or topeng kaca. Buat penggemar komik pasti nggak asing sama judul ini. Gue sendiri cuma baca komiknya yang episode bidadari merah aja. Karena gue lebih suka nonton daripada baca komik, jadi gue prefer nonton.

Baru episode pertama, gue langsung suka sama ceritanya. Drama ini bercerita tentang seorang gadis yang cintaaa...buanget sama akting. Namanya Kitajima Maya. Dia memang nggak bagus di bidang akademik, tapi kalo soal akting, bakatnya luar biasa. Sepulang sekolah, Maya suka bantu ibunya mengantar mie pesanan. Nah, pas lagi nganter mie, maya sering main ke taman dan berakting di sana, ditonton sama anak-anak kecil. Kadang dia bercerita tentang film yang baru ia tonton kepada anak-anak itu sambil memerankan tokoh-tokohnya. Anak-anak jadi ketagihan menunggu cerita-cerita yang dibawakan oleh maya.

Karena keasyikan, dia jadi telat nganter mie. Malah karena dia ceroboh, pesanannya kadang tumpah. Gara-gara itu, ibunya jadi kesal. Udah nggak berprestasi di sekolah, ceroboh pula. Ibunya yang berharap Maya bisa jadi anak pintar dan suatu hari bekerja di sebuah perusahaan kecil, jelas tidak mendukung hobi Maya. Ia menganggap anaknya terlalu banyak bermimpi.
Namun tanpa Maya sadari, ketika ia sedang berakting di taman, ada seorang wanita yang terus memperhatikan akting Maya. Ketika ada pementasan drama di sekolah, Maya diminta untuk bermain. Awalnya ia senang sekali bisa tampil di panggung. Namun ketika tahu kalau ia tidak mendapat peran utama melainkan menjadi bibi, wanita gila dengan dandanan yang berantakan, ia jadi sedih. Apalagi peran tersebut adalah bahan tertawaan penonton. Namun wanita yang selama ini memperhatikannya mendekatinya dan meyakinkan Maya bahwa apapun peran yang ia dapat, yang paling penting adalah bagaimana pemain menghayati perasaan si tokoh. Maka semua peran akan menarik. Dari situ, semangat Maya kembali lagi.







Setelah ia berlatih keras, pementasan pun berjalan dengan lancar. Para penonton memuji aktingnya. Meskipun tak dihadiri oleh ibunya, ia merasa bahagia. Taklama setelah itu, si wanita yang ternyata bernama Mayuko, lalu menawarinya untuk bersekolah akting di bawah bimbingannya. Mayuko adalah seorang aktris yang terkenal. Namun 20 tahun yang lalu, setelah terjadi kecelakaan pada wajahnya, ia tidak pernah tampil lagi. Mayuko punya niat tersendiri untuk menemukan pemeran bidadari merah yang pernah diperankannya dulu. Dan Maya adalah salah satu kandidatnya.

Meskipun tidak mendapat dukungan sang Ibu, Maya nekad kabur demi mengejar impiannya yaitu berakting. Sejak bersekolah di tempat itulah, perjuangan Maya dimulai.

Yang menarik dari drama ini adalah bagaimana Maya berusaha mendalami perasaan tokoh-tokoh yang ia perankan. Luar biasa. Keren. Aku suka banget ngeliat akting dia waktu jadi boneka. Boneka nggak punya kepribadian. Ini tantangan yang besar banget. Ngeliat ekspresi dia sebagai boneka, keren deh! Terus yang namanya boneka kan nggak bisa bergerak. Didorong, dijatuhin, digoyang-goyang, bener-bener mirip boneka. gerak patah-patahnya waktu kaki sama tangannya ditekuk pemain lain, oke banget. Dan semua itu dia dapat berkat latihan yang keras. Dia sampai rela memakai baju bambu agar bisa mendalami bagaimana terbatasnya gerak seorang boneka. Bu Mayuko emang cukup keras mendidik Maya, jadi kadang terkesan kejam. Semua waktu dan tenaga yang Maya punya didedikasikan untuk latihan (bukan buat yang punya kesibukan lain di luar akting). Hasilnya tentu aja nggak mengecewakan.

Gue juga suka pas Maya berperan jadi peri Pack dan gadis serigala. Ekspresinya dapet banget. Pas jadi peri pack, dia garus lincah dan luwes bergerak. Pembawaannya juga ceria. Kayak bola bekel, deh. Beda lagi pas jadi manusia serigala. Dia jadi gadis liar dan ekspresi dia pas menatap orang, lagi diem, marah, bener-bener kerasa banget liarnya. Two Thumbs deh buat Adachi Yumi, pemeran Maya. She must be a good artist. Kalo dihitung-hitung, di drama ini dia punya banyak peran. Jadi Maya dan jadi peran-peran yang dia mainkan di tiap pementasan drama. Gue takjub ngeliatnya karena nggak ada satu pun dari perannya yang gagal dia bawain. Semuanya kayak punya ruh-nya sendiri. Terasa banget bedanya padahal dimainkan oleh satu orang.

Cuma ada bagian yang nggak gue suka. Pertama, di drama ini ada persaingan yang ketat untuk dipilih jadi pemain utama. Banyak banget yang sirik sama Maya. Dan menurut gue cara mereka menyingkirkan Maya agak berlebihan. Terlalu kejam. Kedua, gue nggak suka pemeran cowoknya (yang jadi Pak Masumi dama Koji). Nggak seganteng karakter di komik. Yang jadi tunangannya Masumi juga nggak secantik di komik. Udah gitu di versi dramanya, karakternya jadi kejam. Mengecewakan.

Pas gue nonton drama ini, gue jadi inget sama sinetron-sinetron di Indonesia yang karena kejar tayang, pemainnya mungkin nggak seserius Maya dalam mendalami perasaan tokoh yang diperankan. Makanya banyak yang aktingnya nggak memuaskan. Mau nangis aja harus menekan-nekan mata untuk ngeluarin air mata. Kalo marah, tinggal melotot. Nggak dapet penghayatannya.

Gue kagum sama sosok Maya yang cheerful dan berani bermimpi. Dia nggak pernah punya keinginan jadi orang yang terkenal. Dia cuma mau bermain peran. Kalau ada peran yang menarik, dia akan berjuang mendapatkan peran itu bukan karena ingin terkenal, tapi karena dia cinta akting.

0 comments: